Pendahuluan :
Pengukuran sipat datar profil banyak
digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua
macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran profil
ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda
tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai
beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill
suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan
raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat
sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak harus dikuasai oleh surveyor
ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran
sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh
atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain :
a) Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang
mempunyai garis gradien paling sesuai dengan
topografi yang ada.
b) Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c) Menghitung volume pekerjaan tanah.
d) Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e) Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara
umum.
Digunakan untuk mementukan ketinggian
titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis
ketinggian (kontur).
1. Pengukuran sipat datar resiprokal
(reciprocal levelling)
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
Adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua station. Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
2. Pengukuran sipat datar teliti
(precise levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas,
yaitu pemegang alat dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya
hasil yang konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis
bidik horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur
secara vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang
memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan
presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat
di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing,
1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar.
Setelah alat disetel, operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan
melakukan pembacaan sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan
posisi dimana salib sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil
pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu pembacaan
bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan
bidik muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka ( sebuah titik
stasiun atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali
digunakan target pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan
kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap titik-titik
lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi titik-titiki
ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik
benang tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer
dapat digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup.
Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan unutk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup.
Cara pengukuran:
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A
dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan belakang
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
5. Koreksi maksimum 2mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.
7. Hitung jarak alat dengan titik A
dA=(BA A – BB A)x100
8. Hitung jarak alat dengan titik B
dB=(BA B – BB B)x100
9. Hitung jarak AB=dA+dB
10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan belakang
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.
Metode Penghitungan Beda Tinggi
Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi
Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan
waterpass dapat dihitung dengan rumus
ΔH = BTB –
BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
- 1 slag adalah satu kali
alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
- 1 seksi adalah suatu jalur
pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur
pulang pergi dalam waktu satu hari.
(Nurjati, 2004 )
Sipat Datar Tertutup
Sipat datar memanjang tertutup yaitu suatu pengukuran sipat
datar yang titik awal dan titik akhir sama /berimpit.
Agar didapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi, dengan
asumsi bahwa beda tinggi pergi sama dengan beda tinggi pulang.
C = k / (n-1)
C = Koreksi
k = kesaahan
n = banyaknya titik
(n-1) = banyak slag (beda tinggi)
k = kesaahan
n = banyaknya titik
(n-1) = banyak slag (beda tinggi)
Metode Pulang Pergi
Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu
setelah mengukur beda tinggi AB, maka, rambu A dipindahkan ke titik C untuk
mengukur beda tinggi BC sehingga akan kita dapatkan beda tinggi BC. Setelah
itu, rambu B dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda tinggi CD. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan rambu yang diakibatkan skala
nol pada rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol
sebenarnya. Untuk mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:
8√d; dimana d = jarak titik (km)
setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata beda tinggi antara ulang dan tinggi.
∆h = (∆H pergi – ∆H pulang )/ 2
8√d; dimana d = jarak titik (km)
setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata beda tinggi antara ulang dan tinggi.
∆h = (∆H pergi – ∆H pulang )/ 2
Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit
• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.
• 1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah sama.
• 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
• 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.
• 1 kring / sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah sama.
Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar
Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan
instrumen sipat datar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
1.
Disebabkan oleh observer
1.
Pengaturan instrumen sipat datar yang
tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2.
Instrumen sipat datar tidak
ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
3.
Kesalahan pembacaan.
4.
Kesalahan pencatatan.
5.
Disebabkan oleh rambu:
1.
Penempatan rambu yang tidak
betul-betul vertikal.
2.
Rambu tipe perpanjangan seperti
misalnya rambu Sopwith yang perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
3.
Disebabkan terbenamnya rambu, karena
tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada
tanda-tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak
tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat
datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap
untuk menentukan titik-titik balik.
1.
Kesalahan Instrumen :
1.
Disebabkan oleh petugas
1.
Penyetelan instrumen sipat datar yang
tidak sempurna (garis kolimasi tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran
1.
Disebabkan oleh rambu
1.
Graduasi rambu yang tidak teliti.
Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
2.
adanya kesalahan indeks rambu.
3.
Sambungan rambu yang tidak sempurna
(terutama pada tipe perpanjangan).
2.
Kesalahan Alami :
1.
Pengaruh sinar matahari langsung :
sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen sipat datar dan
karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi,
instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula,
pemuaian atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan
temperatur rambu tersebut.
2.
Perubahan posisi intrumen sipat datar
dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun
rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada
tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus
seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang
berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk
menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang
pendek.
3.
Pengaruh refraksi cahaya :
sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang melintasi udara dengan
kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas
permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan
kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan
mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan
haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat
datar terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
4.
Pengaruh lengkung bumi : karena
permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung
permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang
kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan
di tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan.
(Sosrodarsono, 1983)
Pengukuran Beda Tinggi Dengan Dua Kali Berdiri Pesawat (Double
Stand)
Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari
sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud
adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang
garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titi-titik akan dapat ditentukan dengan
garis sumbu pada pesawat yang ditunjukkan pada rambu vertikan. Tujuan dari
pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang
diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau
mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat
diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik
pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu :
garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas,
apabila gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh
sebab itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala
rambu.
1. Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan
tempat alat sipat datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion
adalah titik tempat berdiri alat.
2. Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat
sipat datar didirikan.
3. Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang
referensi ketinggian (permukaan air laut rata-rata)
4. Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang
ditegakan di station yang diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui
tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu belakang.
5. Pengukruan ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di
station yang diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya
garis bidik. Rambu di sebut rambu muka.
6. Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke
belakang dan ke muka dilakukan pada rambu yang ditegakan di station
tersebut.
Mendirikan waterpass di antara dua
titik target merupakan pekerjaan yang sering dijumpai dilapangan. Penempatan
waterpass di antara dua titik target ini tidak perlu segaris dengan kedua titik
tersebut, yang penting jarak diantara waterpass dan titik-titik tersebut
diusahakan sama atau hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya
jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara optis)
dengan alat waterpas, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya
pita ukur, EDM dan lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alatwaterpas
ini digunakan untuk membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran
jarak langsung tersebut ataupun untukmengecek bacaan benang tengahnya, apakah
telah memenuhi ketentuan bahwa bt = ½ (ba + bb) Satu kedudukan waterpas di
antara dua titik target yang ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran
dalam satu hari terdiri dari beberapa slag yang dikenal dengan istilah seksi,
sedangkan trayek adalah panjang pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan
panjang dari satupekerjaan projek.
Spesifikasi teknik pengukuran
waterpass adalah sebagai berikut :
1. Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian
titik-titik terhadap bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai
jaring sipat datar pemetaan.
2. Alat ukur yang dipakai adalah waterpass
3. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi
4. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap
5. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
6. Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand,
ring.
7. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 adalah <
2 mm
8. Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan
bawah)
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula
alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran
2. Buka kaki tiga dari pengunci
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai
kira-kira sebatas dada, kemudian kuncikan kembali
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan
jarak antar kaki sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas
kepala kaki tiga yang sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada
kaki tifa pada lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara
kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan
yang ada di kaki tiga
6. Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan
dan skrup ketiga sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat
ditengah kotak
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur
gelembung nivo tabungnya agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup
pengatur nivo tabung
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan
tegak diatas titik pengukuran
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat
putar-putar skrup pemokus difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat
jelas
11. Tentukan dua titik A dan B
12. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag
13. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt
yang berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah
menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap
slag
Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk
menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya permukaan tanah
sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur
pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil
pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta
api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti dalam:
1.
Menentukan gradien yang cocok untuk
pekerjaan konstruksi.
2.
Menghitung volume pekerjaan.
3.
Menghitung volume galian dan timbunan
yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi
menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang dan sipat datar profil
melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran
situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun
melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan
lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar
profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui
jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar profil
melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus
dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran
pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
• Data ukuran
jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak
Atas
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.
Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di
Atas Titik
1.
Tempatkan alat sipat datar diatas
patok (A).
2.
Lakukan centering,
sehingga alat tepat di atas titik A.
3.
Gelembung nivo ketengahkan dengan 3
skrup klap.
4.
Ukur tinggi alat diatas patok.
5.
Bidik rambu pada titik 1 kemudian
baca BA, BT dan BB.
6.
Hitung d (jarak) dari alat ke rambu,
d=(BA-BB).100
7.
Lakukan hal yang sama (v, vi, vii)
pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB, untuk pengukuran
pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8.
Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d
vii.
9.
Hitungan : H1 = HA+∆HA1
H2 = HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn
b. Profil Melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar
profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil memanjang,
jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping
kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi
yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus dengan as,
kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka potongan diusahakan
membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan
melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan
selanjutnya.
Gambar 2.4 Arah Potongan Melintang
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik
1.
Tempatkan alat di atas titik A.
2.
Lakukan centering.
3.
Gelembung nivo ketengahkan dengan 3
skrup klap.
4.
Ukur tinggi alat diatas patok.
5.
Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA,
BT dan BB.
6.
Hitung jarak optis dari alat ke rambu
1, d =(BA-BB).100
7.
Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada
titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.
8.
Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan
pada setiap potongan melintang.
Doni prasetyo
Maret, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar